DRAMATISASI PUISI
GHOSTSEA(P)
( KETIKA LAUTAN DIJADIKAN PANGGUNG POLITIK )
Deburan
ombak menghantam batuan
Semilir
angin menghembus dedaunan
Burung
burung saling saut bersiulan
Sedang
kapal nelayan menepi bersenderan
Anak
anak lincah bermain di lapangan
Orangtua
bersenda gurau di pekarangan
Sambil
menjemur ikan hasil tangkapan
Di
garami dan dijual nanti ke pasaran
“ Adegan ditunjukan dengan, warga yang mengobrol, ada
yang menghitung uang ,sebagian menjemur ikan dan jala”
Menggantungkan
hidup di lautan itu memang penuh perjuangan
Kadang
dapat keuntungan kadang juga kerugian
Tak
apa ini cuman cobaan
Yang
penting ikan tetap lestari dilautan
Kehidupan pejuang lautan kini telah terusik
Lautan kini di jadikan panggung politik
Masyarakat mana yang tak terusik
Ketika sumber penghidupannya di obrak abrik
“Adegan warga berkumpul bubar diganti “
Sang penguasa tiba tiba datang
menghampiri .
Berorasi menarik simpati,
Menjual janji jani
Tapi ternyata ada maksud tersembunyi
Warga kini diam
memandang dengan terpana
Mendengarkan kata
kata dengan seksama
Sang penguasa yang
berorasi dengan gagahnya
Yang berisi kata
penuh makna dan bualan semata
“ adegan ini
penguasa dan bodyguard dibelakang nya datang, menyalami warga kemudian
berpidato dengan menggebu gebu, warga memandang dan mengangguk angguk sambil
bilang, kami dukung ! kami dukung !”
Mereka tak tahu
apa yang sebenarnya terjadi
Ketika Penjarah
sejati datang dengan kedok investasi.
Sang penguasa datang menyambut dengan
senang hati,
tawar sana – tawar sini menggandaikan
kekayaan ibu pertiwi.
“ Adegan pertemuan
penguasa dan pengusaha kapal, sambil menyerahkan amplop “
Kapal besar pun datang dengan
gagahnya.
Awak kapal orang asing semua isinya.
Dengan jala ratusan kilometer
panjangnya.
Jangka besar menggantung di bagian sisinya
“ Kapal besar,
dengan irigan music, penguasa dan para anak buah kapal asingnya “
Kehidupan nelayan yang sejahtera kini
telah usai.
Mereka dipaksa menyingkir dari bibir
pantai.
Rumah-rumah di gusur, lautan pun di
bantai.
Akibat termakan
omonongan sang penguasa pandai
“ Kapal nelayan
rusak tertabrak kapal besar, tersisa puing puing saja, begitupun dengan rumah
penduduk yang hancur , warga lari ketakutan“
Ikan dilautan di ambil besar –
besaran.
Sang penguasa acuh diam membiarkan
Pikirannya di cekcoki bagi hasil yang
menggiurkan.
Tidak pernahkah kau pikir siapa yang dirugikan .
Nelayan menjerit mencari keadilan.
‘’ kami ingin lautan! Kami ingin
ikan! ’’
Dengan urat leher mereka, mereka
meneriaki keadilan.
Lagi dan lagi sang penguasa diam
mengacuhkan
“ Demo nelayan
didepan penguasa tapi malah ditahan oleh body guard nya mereka diacuhkan “
Tak pernahkah terbesit dalam pikiran.
Bahwa mereka akan terkena teguran.
Dari siapa? Ya dari penguasa lautan.
Jangan pernah harap belas kasihan
Jika kesalahan dan ketamakan telah dilakukan.
Kemana penguasa yang katanya adil dan
bijaksana.
Dewan terhormat dimanakah kau berada.
Kami sengsara di Nusantara!
Nusantara yang katanya sebuah bongkahan
alam dari syurga.
Kami selama ini diam.
Bukan berarti kami tenggelam!
Tapi kami takut dengan penguasa yang
jahanam.
Hanya mulut kami inilah yang
terbungkam.
“ Masih adegan
demo dengan membawa spanduk besar “
Wahai penguasa...
Kembalikan!!
Lautan kami, ikan kami...
Kami butuh keadilan.
Bukan hanya bualan!
Jika Ibu Pertiwi telah kecewa...
Akankan kau kembali membuang muka?!
Sedang kami disini hidup tersiksa!
Bantua tak ada, hidup pun mau kemana.
Ah, sudahlah...
Kami telah lelah menanti.
Cukuplah kami berpuas diri.
Mungkin telah usai kehidupan kami.
Cukuplah sang Illahi yang membalasnya
nanti.
“ Disini nelayan
sudah menurunkan spanduknya, dan berhenti demo kemudian mereka duduk ditengah
lapang dengan wajah lesu . “
Ombak
lautan yang tinggi kini datang tiba tiba
Menghempas
semua yang dilaluinya
Tak
peduli itu manusia atau bukan
Yang
pasti semuanya telah siap diluluh lantakan
“Ombak dari kain saling menggulung kapal besar
pengusaha asing dan menghancurkannya
Pengusaha
dilautan kini kelabakan
Sedang Penguasa carut marut
mencari ketenangan
Mereka
pun takut mati ditenggelamkan
Tapi
lagi lagi kesombongan di tuhankan
“ Kapal besar , penguasaha dan anak buah kapalnya
tenggelam oleh ombak yang besar hanya tersisa puing nya saja “
Masyarakat
yang tak bersalah pun ikut jadi
korban
Penguasa lautan marah tak terhindarkan
Akibat ketamakan yang diutamakan
Ikan
tak ada sampah dimana mana
Tak
ada yang tau pasti ini adzab atau bencana belaka
“ Semuanya tergulung oleh ombak dan hancur lebur,
disini ratu pantai selatan datang Bersama dayang dayang nya melebarkan
selendang nya untuk mengahancurkan seluruh yang ada disekitar lautan “
Hancur
Lebur
Luluh
lantak
Semuanya
kini jadi rata
Tak
tersisa apapun kehidupan disana
Hanya
potongan kapal dan puing bangunan yang ada
Dengan
jasad tercecer dimana mana
“ Jasad nelayan, pengusaha, dan penguasa tercecer
sedang ratu pantai selatan kembali ke tempat asalnya, lautan kembali tenang “
Wahai
kalian para penguasa
Dewan terhormat dan penegak keadilan yang bijaksana
Dunia
ini milik bersama
Tuhan
ciptakan bumi untuk dikelola
Bukan
diambil paksa dan untuk memperkaya
*Keterangan tanda (“) merupakan rekaan adegan yang
akan diperankan pemain di lapangan
1 Latar Waktu
-
Pagi
( Suasana
pemukiman warga )
-
Sore/siang
( Saat pidato
penguasa )
2. Latar tempat
-
Pantai
-
Laut
-
Pemukiman
3. Properti yang dibutuhkan :
-
Kapal
tiruan 3 : 1 besar , 2 kecil
-
Kain
biru, putih dan hitam
-
Caping,
jala, nyiru, petromak
-
Ikan
tiruan , pohon tiruan
-
Bendera kecil Indonesia dan negara lain
4. Busana :
·
Penguasa Politik : Kemeja, dasi , kacamata, dan celana formal
·
Pengawal : Pakaian hitam-hitam
·
Nelayan : Celana pendek , kaus polos
·
Warga biasa / istri nelayan : daster/ pakaian sederhana polos
·
Penguasa lautan : Pakaian khas nyi roro kidul
·
Pengusaha : Kemeja , dasi dan celana formal
·
Anak buah kapal : kaos polos, celana pendek
5. Tokoh :
-
Penguasa
politik 1
-
Pengusaha
1
-
4
anak buah kapal
-
5
nelayan
-
5
warga biasa
6. Penari :
-
Saat
peragaan penguasa lautan 1 orang dan 2 dayang
-
Tarian lain menyesuaikan
Struktur Pembagian Tugas
Teater
Musik :
1. M . Ikhsan
2. Nadia
3. Guztin
4. Elang
5. Hartsa
6. Ika
Seni Rupa :
1. Pascalina
2. Bella
3. Renika
4. Cindy
5. Nenden
6. Briliana
7. Reza
Tari :
1. Irena
2. Daffa
3. Wina
4. Setiandari
5. Dewi
6. Nicky
7. Nabila
8. Restu
9. Dhiya
10. Ardiwan
Teather :
1. Rosalina
2. Iqlima
3. Ibnu
4. Eka
5. Rama
6. Naufal
7. Nico
8. Rifqy
9. Fadma
10. Rosi
Sastra :
1. M Fahri Setiono
2. Luthfy
*susunan ini mungkin dapat berubah, pemberitahuan akan
segera disampaikan
DRAMATISASI
PUISI
GHOSTSEA(P)
( KETIKA
LAUTAN DIJADIKAN PANGGUNG POLITIK )

XII IPS 2
SMA NEGERI 1
PURWAKARTA
0 comments:
Post a Comment