Thursday, December 7, 2017

Contoh Dramatisasi Puisi



DRAMATISASI PUISI
GHOSTSEA(P)
( KETIKA LAUTAN DIJADIKAN PANGGUNG POLITIK )


Deburan ombak menghantam batuan
Semilir angin menghembus dedaunan
Burung burung saling saut bersiulan
Sedang kapal nelayan menepi bersenderan

Anak anak lincah bermain di lapangan
Orangtua bersenda gurau di pekarangan
Sambil menjemur ikan hasil tangkapan
Di garami dan dijual nanti ke pasaran
“ Adegan ditunjukan dengan, warga yang mengobrol, ada yang menghitung uang ,sebagian menjemur ikan dan jala”
Menggantungkan hidup di lautan itu memang penuh perjuangan
Kadang dapat keuntungan kadang juga kerugian
Tak apa ini cuman cobaan
Yang penting ikan tetap lestari dilautan

Kehidupan pejuang lautan kini telah terusik
Lautan kini di jadikan panggung politik
Masyarakat mana yang tak terusik
Ketika sumber penghidupannya di obrak abrik
“Adegan warga berkumpul bubar diganti “

Sang penguasa tiba tiba datang menghampiri .
Berorasi menarik simpati,
Menjual janji jani
Tapi ternyata ada maksud tersembunyi

Warga kini diam memandang dengan terpana
Mendengarkan kata kata dengan seksama
Sang penguasa yang berorasi dengan gagahnya
Yang berisi kata penuh makna dan bualan semata
“ adegan ini penguasa dan bodyguard dibelakang nya datang, menyalami warga kemudian berpidato dengan menggebu gebu, warga memandang dan mengangguk angguk sambil bilang, kami dukung ! kami dukung !”

Mereka tak tahu apa  yang sebenarnya terjadi
Ketika Penjarah sejati datang dengan kedok investasi.
Sang penguasa datang menyambut dengan senang hati,
tawar sana – tawar sini menggandaikan kekayaan ibu pertiwi.
“ Adegan pertemuan penguasa dan pengusaha kapal, sambil menyerahkan amplop “
Kapal besar pun datang dengan gagahnya.
Awak kapal orang asing semua isinya.
Dengan jala ratusan kilometer panjangnya.
Jangka besar menggantung di bagian sisinya
“ Kapal besar, dengan irigan music, penguasa dan para anak buah kapal asingnya “

Kehidupan nelayan yang sejahtera kini telah usai.
Mereka dipaksa menyingkir dari bibir pantai.
Rumah-rumah di gusur, lautan pun di bantai.
Akibat termakan omonongan sang penguasa pandai
“ Kapal nelayan rusak tertabrak kapal besar, tersisa puing puing saja, begitupun dengan rumah penduduk yang hancur , warga lari ketakutan“

Ikan dilautan di ambil besar – besaran.
Sang penguasa acuh diam membiarkan
Pikirannya di cekcoki bagi hasil yang menggiurkan.
Tidak pernahkah kau pikir siapa yang dirugikan .

Nelayan menjerit mencari keadilan.
‘’ kami ingin lautan! Kami ingin ikan! ’’
Dengan urat leher mereka, mereka meneriaki keadilan.
Lagi dan lagi sang penguasa diam mengacuhkan
“ Demo nelayan didepan penguasa tapi malah ditahan oleh body guard nya mereka diacuhkan “
Tak pernahkah terbesit dalam pikiran.
Bahwa mereka akan terkena teguran.
Dari siapa? Ya dari penguasa lautan.
Jangan pernah harap belas kasihan
Jika kesalahan dan ketamakan telah dilakukan. 

Kemana penguasa yang katanya adil dan bijaksana.
Dewan terhormat dimanakah kau berada.
Kami sengsara di Nusantara!
Nusantara yang katanya sebuah bongkahan alam dari syurga.

Kami selama ini diam.
Bukan berarti kami tenggelam!
Tapi kami takut dengan penguasa yang jahanam.
Hanya mulut kami inilah yang terbungkam.
“ Masih adegan demo dengan membawa spanduk besar “

Wahai penguasa...
Kembalikan!!
Lautan kami, ikan kami...
Kami butuh keadilan.
Bukan hanya bualan!

Jika Ibu Pertiwi telah kecewa...
Akankan kau kembali membuang muka?!
Sedang kami disini hidup tersiksa!
Bantua tak ada, hidup pun mau kemana.

Ah, sudahlah...
Kami telah lelah menanti.
Cukuplah kami berpuas diri.
Mungkin telah usai kehidupan kami.
Cukuplah sang Illahi yang membalasnya nanti.
“ Disini nelayan sudah menurunkan spanduknya, dan berhenti demo kemudian mereka duduk ditengah lapang dengan wajah lesu . “

Ombak lautan yang tinggi kini datang tiba tiba
Menghempas semua yang dilaluinya
Tak peduli itu manusia atau bukan
Yang pasti semuanya telah siap diluluh lantakan
“Ombak dari kain saling menggulung kapal besar pengusaha asing dan menghancurkannya

Pengusaha dilautan kini kelabakan
Sedang Penguasa carut marut mencari ketenangan
Mereka pun takut mati ditenggelamkan
Tapi lagi lagi kesombongan di tuhankan
“ Kapal besar , penguasaha dan anak buah kapalnya tenggelam oleh ombak yang besar hanya tersisa puing nya saja “
Masyarakat yang tak bersalah pun ikut jadi korban 
Penguasa lautan marah tak terhindarkan
Akibat ketamakan yang diutamakan
Ikan tak ada sampah dimana mana
Tak ada yang tau pasti ini adzab atau bencana belaka
“ Semuanya tergulung oleh ombak dan hancur lebur, disini ratu pantai selatan datang Bersama dayang dayang nya melebarkan selendang nya untuk mengahancurkan seluruh yang ada disekitar lautan “

Hancur
Lebur
Luluh lantak

Semuanya kini jadi rata
Tak tersisa apapun kehidupan disana
Hanya potongan kapal dan puing bangunan yang ada
Dengan jasad tercecer dimana mana
“ Jasad nelayan, pengusaha, dan penguasa tercecer sedang ratu pantai selatan kembali ke tempat asalnya, lautan kembali tenang “
Wahai kalian para penguasa
Dewan terhormat dan penegak keadilan yang bijaksana
Dunia ini milik bersama
Tuhan ciptakan bumi untuk dikelola
Bukan diambil paksa dan untuk memperkaya
*Keterangan tanda (“) merupakan rekaan adegan yang akan diperankan pemain di lapangan

1 Latar Waktu
-          Pagi ( Suasana pemukiman warga )
-          Sore/siang ( Saat pidato penguasa )
2. Latar tempat
-          Pantai
-          Laut
-          Pemukiman
3. Properti yang dibutuhkan :
-          Kapal tiruan 3 : 1 besar , 2 kecil
-          Kain biru, putih dan hitam
-          Caping, jala, nyiru, petromak
-          Ikan tiruan , pohon tiruan
-          Bendera kecil Indonesia dan negara lain
4. Busana :
·         Penguasa Politik : Kemeja, dasi , kacamata, dan celana formal
·         Pengawal : Pakaian hitam-hitam
·         Nelayan : Celana pendek , kaus polos
·         Warga biasa / istri nelayan : daster/ pakaian sederhana polos
·         Penguasa lautan : Pakaian khas nyi roro kidul
·         Pengusaha : Kemeja , dasi dan celana formal
·         Anak buah kapal : kaos polos, celana pendek
5. Tokoh :
-          Penguasa politik 1
-          Pengusaha 1
-          4 anak buah kapal
-          5 nelayan
-          5 warga biasa

6. Penari :
-          Saat peragaan penguasa lautan 1 orang dan 2 dayang
-          Tarian lain menyesuaikan


Struktur Pembagian Tugas Teater

Musik :
1.     M . Ikhsan
2.     Nadia
3.     Guztin
4.     Elang
5.     Hartsa
6.     Ika

Seni Rupa :
1.     Pascalina
2.     Bella
3.     Renika
4.     Cindy
5.     Nenden
6.     Briliana
7.     Reza

Tari :
1.     Irena
2.     Daffa
3.     Wina
4.     Setiandari
5.     Dewi
6.     Nicky
7.     Nabila
8.     Restu
9.     Dhiya
10. Ardiwan

Teather :
1.     Rosalina
2.     Iqlima
3.     Ibnu
4.     Eka
5.     Rama
6.     Naufal
7.     Nico
8.     Rifqy
9.     Fadma
10. Rosi

Sastra :
1.     M Fahri Setiono
2.     Luthfy

*susunan ini mungkin dapat berubah, pemberitahuan akan segera disampaikan

DRAMATISASI PUISI
GHOSTSEA(P)
( KETIKA LAUTAN DIJADIKAN PANGGUNG POLITIK )

XII IPS 2


SMA NEGERI 1 PURWAKARTA









0 comments:

Post a Comment