Seorang pejuang, mempertaruhkan nyawa demi seseorang, yang
bahkan tak pernah beliau pikirkan bahwa seseorang tersebut akan ingat jasanya,
akan ingat perjuangannya akan ingat pengorbanannya. Ibuku tak pernah mengeluh
ketika aku menangis disela tidurnya, ketika aku menangis bahkan ketika di
tengah-tengah kegiatan yang paling pentingpun , beliau dengan telaten selalu berusaha
terus memenangkanku apapun caranya dan bagaimanapun caranya. Sedikit beranjak
ke waktu kanak-kanak, saat-saat ia mengajariku berjalan, berhitung, membaca,
dan berbicara yang baik. Ketika aku terjatuh atau tersandung dan memang aku
yang salah, tapi sedikitpun ia tak pernah menyalahkanku, ibuku selalu berkata
bahwa penyebabnya yang membuatku terjatuh bukan akunya yang sebagai pelaku. Ia
memang tak sepintar guru professional, tapi ketelatenan, kesabaran dan kasih
saying yang ia berikan ketika mengajar anak-anaknya adalah nilai lebih yang ia
miliki. Saat ia membelaku ketika diejek teman-temanku karena hal sepele tapi ia
tetap membelaku.
Aku teringat ketika masih duduk dibangku sd, ia menceritakan
padaku, bahwa beliau telah menjadi seorang yatim piatu diusia 10 tahun. Ketika
itu beliau berkisah, hidupnya serba kekurangan, masa kecilnya terpaksa menjadi
seorang yang dewasa belum pada waktunya, beliau berkata “ memang berat, tapi
mau bagaimana lagi, mau mengadu pada siapa ?” sungguh tangguh ia menjalani
hidup yang bert itu dan hanya bisa bergantung pada adik ibunya yang kini kami
sebut sebagai nenek, layaknya nenek kandung kami.
Beliau berkisah ketika nanti berkeluarga, jangan sampai
anak-anaknya kekurangan dari segi finansial ataupun tanggung jawab, makanya
beliau menuturkan biarlah kami ( Ibu dan Ayah ) yang tak makan, tapi jangan
anak-anak kami. Raut wajah cape, Lelah dan letih pasti terlihat dan tergambar
diwajahnya. Sungguh beliau wanita tangguh dan penuh kasih sayang, ia
memarahiku, tapi tak pernah dalam waktu yang lama. Ia selalu jadi solusiku
ketika meminta pendapat, bahkan ketika berpakaian pun aku selalu meminta
pendapat beliau.
Beliau selalu menjadi pelindung kami (anak-anaknya), ia
selalu bisa menempatkan diri dalam situasi apapun , saat-saat ia menjadi teman
berbagi keluh kesahku atau bahkan saat ia menjadi orang tua yang memberi
nasihat pada anaknya, menjadi panutanku.kala
itu Disaat aku terpuruk dengan sebuah kegagalan, ia selalu berkata tetap bangga
telah memiliki aku sebagai anaknya apaun keadaanya dan apapun hasil yang kuraih,
menurut beliau batu permata yang indah akan selalu bersinar dan terlihat
diantara tumpukkan emas yang berkilauan. Beliau selalu menuntunku,
mengingatkanku ketika lupa beribadah, berlaku yang kurang baik atau apapun itu.
Kini kami ( anak-anaknya ) selalu diingatkan, janganlah
pernah mengambil jalan yang salah dalam sebuah pilihan, selalu ambil kesempatan
apapun hasilnya, jangan pernah malu dengan keadaan tapi seharusnya keadaan yang
kami permalukan dengan tekad. Baginya kami(anak-anaknya) adalah jawaban doa
penantian dari Allah. Tapi Anak-anak terkadang malah menganggap ia beban bagi
orang tuanya bukan sebagai jawaban doa. Bagiku Beliau (ibu) lah pahlawanku,
pahlawan yang tak perlu mendapatkan gelar seperti pahlawan proklamasi ataupun
pahlawan nasional lainnya, tapi beliau adalah pahlawan hidupku, pejuang sejati,
penopang dan pendukung cita-cita anaknya, yang terus berjuang jiwa raga, dalam
sujud dan do’a pada ilahi
0 comments:
Post a Comment