Laporan Sejarah Minat
“Rumah
tradisional & Alat Komunikasi Tradisional”
Oleh
Kelompok 10 X IPS 3
Briliana Firdaus
M Fahri Setiono
M Sandy Ilmi
Natasya Maudy
Vinawan
Shafira Raudya
SMA NEGERI 1
PURWAKARTA
TAHUN AJARAN
2015/2016
A. Pengertian
Tradisional
adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek
moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah
karena ketidamauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.
Alat konunikasi
tradsional adalah sebuah alat yang digunakan untuk berkomunikasi yang masih
bersifat sederhana.
Rumah tradisonal
merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang sama dari generasi kegenerasi
dan tanpa atau sedikit sekali mengalami perubahan.
1. Alat komunikasi
A. Kentongan
Kentongan atau yang dalam bahasa
lainnya disebut jidor adalah alat pemukul yang terbuat dari batang bambu atau
batang kayu jati yang dipahat.
Kegunaan kentongan didefinisikan
sebagai tanda alarm, sinyal komunikasi jarak jauh, morse, penanda adzan, maupun
tanda bahaya. Ukuran kentongan tersebut berkisar antara diameter 40cm dan
tinggi 1,5M-2M. Kentongan sering diidentikkan dengan alat komunikasi zaman
dahulu yang sering dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal di daerah pedesaan
dan pegunungan.
a.
Sejarah
Sejarah budaya kentongan sebenarnya
dimulai sebenarnya berasal dari legenda Cheng Ho dari Cina yang mengadakan
perjalanan dengan misi keagamaan. Dalam perjalanan tersebut, Cheng Ho menemukan
kentongan ini sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan tersebut
dibawa ke China, Korea, dan Jepang. Kentongan sudah ditemukan sejak awal
masehi. Setiap daerah tentunya memiliki sejarah penemuan yang berbeda dengan
nilai sejarhnya yang tinggi. Di Nusa Tenggara Barat, kentongan ditemukan ketika
Raja Anak Agung Gede Ngurah yang berkuasa sekitar abad XIX menggunakannya untuk
mengumpulkan massa. Di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit, kentongan
Kyai Gorobangsa sering digunakan sebagai pengumpul warga.
Di Pengasih, kentongan ditemukan
sebagai alat untuk menguji kejujuran calon pemimpin daerah. Pada masa sekarang
ini, penggunaan kentongan lebih bervariatif.
b.
Cara Memainkan
Kentongan merupakan alat komunikasi
zaman dahulu yang dapat berbentuk tabung maupun berbentuk lingkaran dengan
sebuah lubang yang sengaja dipahat di tengahnya. Dari lubang tersebut, akan
keluar bunyi-bunyian apabila dipukul. Kentongan tersebut biasa dilengkapi
dengan sebuah tongkat pemukul yang sengaja digunakan untuk memukul bagian
tengah kentongan tersebut untuk menghasilkan suatu suara yang khas. Kentongan
tersebut dibunyikan dengan irama yang berbeda-beda untuk menunjukkan kegiatan
atau peristiwa yang berbeda. Pendengar akan paham dengan sendirinya pesan yang
disampaikan oleh kentongan tersebut.
c.
Manfaat Kentongan
Awalnya, kentongan digunakan sebagai
alat pendamping ronda untuk memberitahukan adanya pencuri atau bencana alam.
Dalam masyarakat pedalaman, kentongan seringkali digunakan ketika suro-suro
kecil atau sebagai pemanggil masyarakat untuk ke masjid bila jam salat telah
tiba. Namun, kentongan yang dikenal sebagai teknologi tradisional ini telah
mengalami transformasi fungsi. Dalam masyarakat modern, kentongan dijadikan
sebagai salah satu alat yang efektif untuk mencegah demam berdarah. Dengan
kentongan, monitoring terhadap pemberantasan sarang nyamuk pun dilakukan. Dalam
masyarakat tani, seringkali menggunakan kentongan sebagai alat untuk mengusir
hewan yang merusak tanaman dan padi warga.
d.
Kelebihan
Kentongan dengan bahan pembuatan dan
ukurannya yang khas dapat dijadikan barang koleksi peninggalan seni budaya masa
lalu yang dapat dipelihara untuk meningkatkan pemasukan negara. Kentongan
dengan bunyi yang khas dan permainan yang khas menjadi sumber penanada tertentu
bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kentongan merupakan peninggalan asli bangsa
Indonesia dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Perawatannya juga sederhana,
tanpa memerlukan tindakan-tindakan khusus.
e.
Kelemahan
Kentongan masih banyak kita temui
dalam masyarakat modern, namun fungsi kentongan sebagai alat komunikasi
tradisional memiliki sejumlah kekurangan yang menyebabkan tergesernya kentongan
tersebut dengan teknologi modern. Kegunaan kentongan yang sederhana dan
jangkauan suara yang sempit menyebabkan kentongan tidak menjadi alat komunikasi
utama dalam dunia modern ini.
- Surat
Surat adalah helai kertas dalam bentuk ataupun dalam
wujud apapun yang isinya berupa keterangan –keterangan tertulis untuk
disampaikan kepada pihak lain yang membutuhkannya.
- Sejarah
Persia
dan Mesir
Pada awalnya,
surat berisikan dokumen-dokumen pemerintah yang biasa dikirimkan dari satu
tempat ke tempat lain dengan kuda ataupun kereta kuda. Sistem pengiriman pos di
dunia dimulai di Mesir sekitar tahun 2000 SM. Di Mesir, di mana pertukaran
kebudayaan dengan Babilonia terjadi, pembungkus surat atau amplop bisa berupa
kain, kulit binatang, atau beberapa bagian sayuran. Mereka juga membungkus
pesan mereka menggunakan lapisan tipis dari tanah liat yang dibakar. Sedangkan
kekaisaran Persia di bawah kekuasaan Cyrus sekitar tahun 600 SM menggunakan
sistem pengiriman pesan yang terintegrasi. Pengendara kuda (Chapar) akan
berhenti di titik-titik pos tertentu (Chapar-Khaneh). Di sini, pengendara kuda
akan mengganti kudanya dengan yang baru untuk mendapatkan kecepatan maksimum
dalam pengiriman pesan. Sistem ini disebut dengan angariae.
Renaisans
hingga saat ini
Walaupun
kerajaan-kerajaan di Barat mulai hancur, tidak berarti sistem pelayanan pos
juga hilang begitu saja. Sistem ini dipertahankan setidaknya hingga abad ke
sembilan sebelum akhirnya terpecah-pecah dan tidak digunakan lagi; berbeda
dengan di Timur di Kekaisaran Bizantium di mana sistem tersebut bertahan lebih
lama karena adanya penyerapan sistem tersebut oleh kerajaan Islam di Baghdad.
Dengan
perkembangan bisnis internasional yang semakin meluas, ada tuntutan seputar
korespondensi bisnis. Perusahaan-perusahaan mulai membangun pelayanan pos milik
mereka sendiri. Hingga abad 13 , hubungan antara pusat-pusat komersial bisnis
Florence, Genoa, dan Siena telah berjalan dengan pusat komersial bisnis di
Prancis Utara. Hal ini menarik minat para pedagang di Eropa sehingga mereka
memistiskan untuk menyediakan jalur internasioanl untuk berita dan bisnis. Pada
saat itu pula sudah terdapat pelayanan pos antara Venesia dengan
Konstantinopel, pusat kerajaan Islam pada saat itu.
Akan tetapi,
dengan menguatnya negara-bangsa di Eropa, muncul lah tuntuan mengenai hak
privasi atas surat yang dikirimkan. Usulan ini ditentang oleh pemerintah, di
Prancis khususnya oleh France Louis XI di mana ia menciptakan Royal Postal
Service. Di sisi lain, pemerintah Inggris, Henry VIII membangun pelayanan
reguler menuju London. Sayangnya kedua sistem tersebut bukanlah untuk umum,
tetapi untuk orang-orang pemerintahan. Surat-surat pribadi belum diakui hingga
akhirnya pada tahun 1627 di Prancis diizinkan adanya pengiriman surat pribadi.
Akhirnya pada 1680, William Dockwra membuka pelayanan pos privat yang
menggunakan metode prabayar. Surat yang akan dikirimkan akan di cap untuk
menujukan kapan dan kemana surat-surat tersebut ditujukan.
Saat ini kemajuan sistem
pengiriman surat juga dipengaruhi oleh teknologi yang berkembang saat ini;
misalnya surat udara ataupun surat elektronik. Surat udara pertama berasal dari
Paris pada September 1870 yang mengangkut lima ratus pounds surat dari atas
balon udara. Sedangkan surat elektronik pertama ditemukan pada 1970 oleh Ray
Tomlinson.
Contoh Gambar Surat :
- Rumah Tradisional
A.
Rumah Panggung Kajang Leko (Rumah Adat Jambi)
Jambi
adalah kota istana yang terbentuk semenjak hadirnya kerajaan Melayu Jambi (abad
XVIII), di pinggiran sungai Batanghari. Jambi dibentuk oleh kebudayaan material
dan spiritual dari berbagai etnik, strata sosial, ekonomi dan sistem
pemerintahan pada masa lalu, yang dapat dilihat melalui bentuk-bentuk bangunan
dengan suasana/setting/rona lingkungan pinggiran sungai.
Jambi
pernah berada pada masa-masa pencarian identitas rumah adat. Namun uniknya
pencarian identitas tersebut bukan karena rumah adat di Jambi telah punah,
tetapi karena terlalu banyak pilihan dan harus memilih satu di antara dua jenis
arsitektur rumah tertua di Jambi. Hingga pada tahun 70-an, gubernur
menyelenggarakan sayembara untuk memastikan rumah adat Jambi.
Dari
hasil sayembara tersebut, rumah panggung yang menjadi simbol hunian tradisional
masyarakat. Sebagai bentuk dukungan langsung, Pemerintah Provinsi Jambi
membangun rumah tersebut di dalam kompleks Kantor Gubernur Jambi. Dikerjakan
pada tahun 1971-1974 serta memusiumkannya. Hingga hari ini kita masih
mudah menemukan Rumah Panggung Kajang Leko, bahkan di luar kantor-kantor
pemerintahan. Hal ini menjadi poin positif tentunya, karena masyarakat Jambi
justru semarak membangun rumah-rumah berarsitektur adat di tengah perkembangan
budaya dan rongrongan kemajuan zaman.
1.
Ciri-ciri Rumah Panggung Kajang Leko
Di provinsi Jambi sudah ditetapkan
konsep arsitektur rumah yang menjadi ciri khas Jambi. Rumah adat tersebut
bercirikan bertiang, berwarna hitam, lengkap dengan tanduk kambing bersilang
kedalam pada ujung atapnya. Kemudian hiasan rumah tersebut berupa ukiran motif
flora dan fauna.
2.
Bentuk Rumah
Rumah tinggal adat Jambi disebut
Kajang Lako atau Rumah Lamo. Bentuk bubungan Rumah Kajang Lako seperti perahu
dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas. Tipologi rumah Kajang
Lako berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran panjang 12 m dan
lebar 9 m. Bentuk empat persegi panjang tersebut dimaksudkan untuk mempermudah
penyusunan ruangan yang disesuaikan dengan fungsinya, dan dipengaruhi pula oleh
hukum Islam.
Sebagai suatu bangunan tempat
tinggal, rumah Kajang Lako terdiri dari beberapa bagian, yaitu bubungan/atap,
kasau bentuk, dinding, pintu/jendela, tiang, lantai, tebar layar, penteh,
pelamban, dan tangga.
3.
Tipologi
Rumah Panggung Kajang Leko adalah
konsep arsitektur dari Marga Bathin. Sampai sekarang orang Bathin masih
mempertahankan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, bahkan
peninggalan Kajang Leko masih bisa dinikmati keindahannya dan masih
dipergunakan hingga kini.
Tipologi Rumah Kajang Leko berbentuk
bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran 12 meter x 9 meter. Keunikannya
terletak pada struktur konstruksi dan seni ukiran yang menghiasi bangunan.
4.
Makna-makna Penyusun Bangunan
a)
Bubungan/atap
Bubungan/atap biasa juga disebut
dengan ‘gajah mabuk,’ diambil dari nama pembuat rumah yang kala itu sedang
mabuk cinta tetapi tidak mendapat restu dari orang tuanya. Bentuk bubungan
disebut juga lipat kajang, atau potong jerambah. Atap dibuat dari mengkuang
atau ijuk yang dianyam kemudian dilipat dua. Dari samping, atap rumah lamo
kelihatan berbentuk segi tiga. Bentuk atap seperti itu dimaksudkan untuk
mempermudah turunnya air bila hari hujan, mempermudah sirkulasi udara, dan
menyimpan barang.
b)
Kasau Bentuk
Kasau Bentuk adalah atap yang berada
di ujung atas sebelah atas. Kasau bentuk berada di depan dan belakang rumah,
bentuknya miring, berfungsi untuk mencegah air masuk bila hujan. Kasou bentuk
dibuat sepanjang 60 cm dan selebar bubungan.
c)
Dinding/masinding dan Pintu/jendela
Dinding/masinding rumah lamo dibuat
dari papan, sedangkan pintunya terdiri dari 3 macam. Ketiga pintu tersebut
adalah pintu tegak, pintu masinding, dan pintu balik melintang. Pintu tegak
berada di ujung sebelah kiri bangunan, berfungsi sebagai pintu masuk. Pintu
tegak dibuat rendah sehingga setiap orang yang masuk ke rumah harus menundukkan
kepala sebagai tanda hormat kepada si empunya rumah. Pintu masinding berfungsi
sebagai jendela, terletak di ruang tamu. Pintu ini dapat digunakan untuk
melihat ke bawah, sebagai ventilasi terutama pada waktu berlangsung upacara
adat, dan untuk mempermudah orang yang ada di bawah untuk mengetahui apakah
upacara adat sudah dimulai atau belum. Pintu balik melintang adalah jendela
terdapat pada tiang balik melintang. Pintu itu digunakan oleh pemuka-pemuka
adat, alim ulama, ninik mamak, dan cerdik pandai.
d)
Tiang
Adapun jumlah tiang rumah lamo adalah
30 terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban. Tiang utama dipasang dalam
bentuk enam, dengan panjang masing-masing 4,25 m. Tiang utama berfungsi sebagai
tiang bawah (tongkat) dan sebagai tiang kerangka bangunan.
e)
Lantai
Lantai rumah adat dusun Lamo di
Rantau Panjang, Jambi, dibuat bartingkat. Tingkatan pertama disebut lantai
utama, yaitu lantai yang terdapat di ruang balik melintang. Dalam upacara adat,
ruangan tersebut tidak bisa ditempati oleh sembarang orang karena dikhususkan
untuk pemuka adat. Lantai utama dibuat dari belahan bambu yang dianyam dengan
rotan. Tingkatan selanjutnya disebut lantai biasa. Lantai biasa di ruang balik
menalam, ruang tamu biasa, ruang gaho, dan pelamban.
f)
Tebar Layar
Tebar layar, berfungsi sebagai
dinding dan penutup ruang atas. Untuk menahan tempias air hujan, terdapat di
ujung sebelah kiri dan kanan bagian atas bangunan. Bahan yang digunakan adalah
papan.
g)
Penteh
Penteh, adalah tempat untuk menyimpan
terletak di bagian atas bangunan.
h)
Pelamban
Pelamban, yaitu bagian rumah terdepan
yang berada di ujung sebelah kiri. Pelamban merupakan bangunan tambahan/seperti
teras. Menurut adat setempat, pelamban digunakan sebagai ruang tunggu bagi tamu
yang belum dipersilahkan masuk.
i)
Tangga
Sebagai ruang panggung, rumah tinggal
orang Batin mempunyai 2 macam tangga. Yang pertama adalah tangga utama, yaitu
tangga yang terdapat di sebelah kanan pelamban. Yang kedua adalah tangga
penteh, digunakan untuk naik ke penteh.
5.
Susunan dan Fungsi Ruangan
Kajang Lako terdiri dari 8 ruangan,
meliputi pelamban, ruang gaho, ruang masinding, ruang tengah, ruang balik
melintang, ruang balik menalam, ruang atas/penteh, dan ruang bawah/bauman.
Yang disebut pelamban adalah bagian
bangunan yang berada di sebelah kiri bangunan induk. Lantainya terbuat dari
bambu belah yang telah diawetkan dan dipasang agak jarang untuk mempermudah air
mengalir ke bawah.
Ruang
gaho adalah ruang yang terdapat di ujung
sebelah kiri bangunan dengan arah memanjang. Pada ruang gaho terdapat ruang
dapur, ruang tempat air dan ruang tempat menyimpan.
Ruang
masinding adalah ruang depan yang berkaitan dengan
masinding. Dalam musyawarah adat, ruangan ini dipergunakan untuk tempat duduk
orang biasa. Ruang ini khusus untuk kaum laki-laki.
Ruang
tengah adalah ruang yang berada di tengah-tengah
bangunan. Antara ruang tengah dengan ruang masinding tidak memakai dinding.
Pada saat pelaksanaan upacara adat, ruang tengah ini ditempati oleh para
wanita.
Ruangan lain dalam rumah tinggal
orang Batin adalah ruang balik menalam atau
ruang dalam. Bagian-bagian dari ruang ini adalah ruang makan, ruang tidur orang
tua, dan ruang tidur anak gadis.
Selanjutnya adalah ruang balik malintang. Ruang ini berada
di ujung sebelah kanan bangunan menghadap ke ruang tengah dan ruang masinding.
Lantai ruangan ini dibuat lebih tinggi daripada ruangan lainnya, karena
dianggap sebagai ruang utama. Ruangan ini tidak boleh ditempati oleh sembarang
orang. Besarnya ruang balik melintang adalah 2×9 m, sama dengan ruang gaho.
Rumah Kajang Lako juga mempunyai ruang atas yang
disebut penteh. Ruangan ini berada
di atas bangunan, dipergunakan untuk menyimpan barang. Selain ruang atas, juga
ada ruang bawah atau bauman. Ruang ini tidak berlantai dan tidak berdinding,
dipergunakan untuk menyimpan, memasak pada waktu ada pesta, serta kegiatan
lainnya.
6.
Ragam Hias
Bangunan rumah tinggal orang Batin
dihiasi dengan beberapa motif ragam hias yang berbentuk ukir-ukiran. Motif
ragam hias di sana adalah flora (tumbuh-tumbuhan) dan fauna (binatang).
Motif flora yang digunakan dalam
ragam hias antara lain adalah motif bungo tanjung, motif tampuk manggis, dan
motif bungo jeruk.
Motif bungo tanjung diukirkan di
bagian depan masinding. Motif tampuk manggis juga di depan masinding dan di
atas pintu, sedang bungo jeruk di luar rasuk (belandar) dan di atas pintu.
Ragam hias dengan motif flora dibuat berwarna.
Ketiga motif ragam hias tersebut
dimaksudkan untuk memperindah bentuk bangunan dan sebagai gambaran bahwa di
sana banyak terdapat tumbuh-tumbuhan.
Adapun motif fauna yang digunakan
dalam ragam hias adalah motif ikan. Ragam hias yang berbentuk ikan sudah
distilir ke dalam bentuk daun-daunan yang dilengkapi dengan bentuk sisik ikan.
Motif ikan dibuat tidak berwarna dan diukirkan di bagian bendul gaho serta balik
melintang.
7.
Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk
membangun rumah Kjang Lako biasanya diperoleh dari lingkungan sekitar yang
tersedia misalnya seperti kayu, bamboo, ijuk, dan rotan. Jenis kayu yang
digunakan untuk tiang yaitu diambil dari kayu-kayu pilihan seperti kayu bulian,
petaling, dan kulim. Untuk membuat dinding, biasanya bahan yang digunakan
adalah kayu medang dan meranti. Kayu ini dipilih karena mudah ditarah untuk
membuat gelegar, baik yang digunakan pada lantai rumah maupun pada loteng.Gelegar
yang berfungsi sebagai penahan lantai itu terbuat dari bamboo bulat, sedangkan
lantai rumah terbuat dari bamboo yang telah dibelah kecil-kecil dan diraut
hingga halus, kemudian disusun dan dijalin dengan rotan sementara bahan ijuk
atau daun enau digunakan untuk membuat atap rumah. Bahan-bahan dari kayu atau
bamboo tersebut biasanya terlebih dahulu direndam di air selama berbulan-bulan.
8.
Nilai-nilai yang Terkandung dalam Rumah Adat Jambi
Nilai-nilai yang terkandung terlihat
pada kemampuan masyarakat setempat beradaptasi dalam lingkungannya. Mambentuk
sistem dan etika sosial dan menciptakan nilai estetika yang tinggi.
a)
System etika
Dilihat dari perbedaan letak ruang
dalam bangunan rumah adalah salah satu cara untuk menjaga etika social yang
dilandasi oleh ajaran Islam dalam masyarakat. Misalnya : ruang perempuan dan
laki-laki dibedakan, begitu pula ruang anak-anak gadis dan pemuda diletakkan
secara berjauhan.
b)
Nilai estetika
Pada banguna kajang lako dapt
terlihat kedua bubungan disebelah atas melengkung sedikit keatas sehingga
tampak seperti perahu. Masing-masing bubungan diberi papan menjulur keatas
melebihi tiang bubungan sehingga berbentuk silang dan setiap ujung papan diberi
ukiran. Maka akan terlihat seperti tanduk kambing. Dan dilengkapi ragam hias yang
diambil dari motif flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan arti
simbolik.
Kesimpulan :
Rumah Panggung Kajang Leko adalah
salah satu bentuk pelampiasan cita rasa seni, budaya, dan keyakinan masyarakat
Jambi yang tersirat mulai dari bentuk bangunan, fungsi ruangan, seni ukiran,
dll. Padahal pada awal peradaban manusia, fungsi dasar rumah adalah untuk
melindungi gangguan alam dan binatang. Namun sejalan dengan peradaban, fungsi
rumah berkembang sebagai sumber rasa aman dan kenyamanan. Secara sosial rumah
juga berfungsi sebagai tatus simbol dan ukuran kemakmuran. Kini keberadaan
Rumah Panggung Kajang Leko juga digunakan sebagai sarana investasi, pariwisata,
dan sumber penilitian akademiki.
Rumah
panggung jambi
Denah
rumah panggung jambi
Keterangan
:
1. Tangga
2. Pelamban
3. Ruang gaho
4. Ruang dapur
5. Ruang masingding
6. Bendul jati
7. Ruang tengah
8. Ruang balik melintang
9. Ruang tidur anak gadis
10. Ruang tidur orang tua
11. Kamar makan
- Rumah Honai (Papua)
Rumah Honai terbuat dari kayu dengan
atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja
dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan
hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan
pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk
menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum
laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut
Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5
hingga 10 orang. Rumah Honai dalam satu bangunan digunakan untuk tempat
beristirahat (tidur), bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan
ketiga untuk kandang ternak. Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua
tingkat. Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu.
Para pria tidur pada lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur
di lantai satu.
0 comments:
Post a Comment